Senin, 04 Juli 2011

Senin Kelabu untuk Nasionalisme


Semua orang merasa sedikit tak bergairah di hari Senin.

Dengar, kami mengerti. Kau sama saja seperti kita semua, yang akhirnya mulai bersenang-senang selama akhir pekan hanya untuk menyadari bahwa masa menyenangkan kurang dari satu hari lagi. Setelah itu, kebahagiaan yang terlibat dalam satu hari istirahat akhirnya dilengkapi dengan kesadaran bahwa Senin akan segera datang. Senin itu suram dan kelabu. Senin itu tak punya arti keindahan sedikitpun. Senin itu.. hari yang sulit didefinisikan. Hujan di hari senin. Langit menghitam seolah akan turun hujan. Semakin terasa kelabu Senin ini. Mengapa setiap hari Senin pelajar dan pekerja harus kembali sibuk? Mengapa harus ada hari Senin? Senin hari ini kacau, tak seperti Senin yang biasa ku lewati. Tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Ada banyak lonjakan emosi, tapi apa mau dikata sulit rasanya ingin berbuat. Hanya bisa diam dan meredam emosi ini dengan sendirinya. Apa yang kalian pikirkan pada hari Senin? Malasnya upacara. Malasnya beraktivitas setelah tersedia hari Minggu dimana waktu untuk santai.
Menurut Psikolog Inggris Cliff Arnall, semua perasaan sedih memuncak pada Hari Senin ketiga Bulan Januari. Ia menyebut ini sebagai 'Blue Monday' atau 'Senin kelabu'. Sungguh itu bukan suatu opini melainkan fakta. Senin memang kelabu. Lagi lagi harus upacara bendera. Mungkin tidak begitu menyedihkan mengikuti upcara apabila Pembina yang menyampaikan amanat berbaik hati. Dua puluh menit lebih Pembina berbicara di atas mimbar belum lagi susunan upacara lainnya. Rasanya kaki ini sudah tidak sanggup untuk berdiri. Bergetar, lemas dan lunglai kaku. Padahal, belum tentu semua siswa mendengarkan amanat tersebut.
Pikir saya dalam hati, “Kemana nasionalisme yang telah diajarkan oleh orang terdahulu?” .
Upacara bendera pada hari Senin kelabu saya yakin itu hanya formalitas bagi siswa. Tak ada yang mengambil makna serta manfaat dari upacara tersebut. Hanya gerutu dalam hati yang akan terus menjadi dosa. Mungkin mereka tahu apa maksud upacara tapi tetap saja yang mereka lakukan setiap hari Senin kelabu itu adalah perintah dari sekolah untuk mengikuti secara wajib agenda rutin setiap minggu itu. Bisa dibuktikan, jiwa nasionalisme kini mulai rapuh khususnya bagi para remaja. Mulailah dari hal kecil, jika untuk melaksanakan upacara saja tidak mau, bagimana kalian menghargai jasa para pahlawan? Padahal tahun ’45 dulu, orang-orang bersusah payah untuk melaksanakan upacara bendera hanya untuk mengibarkan sang saka merah putih. Kini, orang-orang malah bersusah payah untuk menghindari hari Senin kelabu agar tidak mengikuti upacara bendera. Ironis memang. Tak ada semangat nsionalisme di hari Senin. Sekali kelabu tetaplah menjdi kelabu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar