Sabtu, 09 Juli 2011

Merah Tak Berarti Tanpa Putih


Merah itu berani. Merah itu amarah. Merah itu simbol warna kegagahan. Lain halnya dengan putih, putih itu suci. Putih itu damai. Putih itu lembut, selembut kembang desa dengan kepang kudanya juga selembut pengharum pakaian yang biasanya disuguhkan agak lebay pada iklan di televisi. Merah dan putih sangat kontras. Mereka berbeda satu sama lain. Apalagi dilihat dari makna warna tersebut. Tapi, adakalanya merah tak akan berarti ketika tidak ada putih. Coba kamu pikir, kisah bawang merah dan bawang putih. Kalau pemeran utamanya itu hanya bawang putih, pasti kisah itu tidak akan indah seperti sekarang. Ceritanya pun pasti akan membosankan. Maka dari itu, dibuatlah tokoh antagonis, si bawang merah untuk memperindah jalannya skenario kehidupan si bawang putih.
Selain itu, coba kalian perhatikan warna bendera sang saka milik Indonesia. Hanya ada dua komponen warna di dalamnya, yaitu merh dan putih. Apa yang terjadi jika warna bendera itu hanylah merah? Atau sebaliknya, jika warna bendera itu hanyalah berwarna putih? Pasti akan sangat jauh tidak bermakna. Warna merah dan putih itu merupakan satu kesatuan. Menurut saya, dari kedua warna itu melambangkan juga agar masyarakat Indonesia bisa bersatu. Dari bermacam-macam suku, ras dan budaya akhirnya menjadi satu seperti apa yang sudah dijelaskan tadi, merah dan putih tidak menyatu namun satu sama lain saling melengkapi. Akhirnya sang saka merah putih pun dijahit oleh Ibu Fatmawati untuk disatukan. Tanpa merah, putih pun tak berarti. Begitu bangganya ketika bendera itu berkibar di atas tiang dengan tertiup ngin yang melambai. Aduhai indahnya.
Kisah bawang merah dan bawng putih sudah. Bendera sang saka juga sudah, dan sekarang bubur merah dan bubur putih. Mungkin hal ini tidak terlalu umum, biasanya yang mengetahui hal ini adalah orang-orang yang berada di kawasan kota “coret” alias kabupaten. Sudah menjadi tradisi, jika seorang bayi yang baru lahir ingin diberi nama biasanya diadakan syukuran dan di dalam nya itu ada sebuah “berkat” yang berisi beberapa macam makanan, makanan wajibnya adalah bubur merah dan putih. Jika salah satu bubur itu tidak ada maka tak berarti apa-apa, jadi kedua jenis bubur itu sudah menjadi paduan yang amat sakral. Apa maknanya? Entah. Itu sudah menjadi adat istiadat turun temurun dari nenek moyang. Tanpa ada bubur merah, bubur putih tak berarti.
Dari penjelasan di atas, sudah jelas bahwa merah bisa berdiri sendiri tapi notabenenya merah membutuhkan putih. Suatu amarah bisa diredam dan akan menjadi damai. Merah Tak Berarti Tanpa Putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar