Sabtu, 09 Juli 2011

Buka Lembaran Baru


Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu atau di bawah payung gelap masa silam. Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu yang kelam pasti akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Kondisi yang naïf, ironis, memprihatinkan sekaligus menakutkan. Cukup ditutup rapat-rapat , lalu disimpan dalam ruang kosong yang gelap tak tembus cahaya. Itu semua hanya akan memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi. Sekalipun itu kegelisahan, kesedihan, keresahan yang Anda rasakan tidak akan mengembalikan pada masa lalu.
Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, dan air mata ke dalam kelopak mata? Tidak mungkin! Hanya Allah Swt yang bisa mengembalikan itu semua.
Pagi hari tiba, artinya semua aktifitas rutin akan kembali berjalan seperti biasanya dengan mendengar detik jarum jam, pertanda waktu berjalan ke depan. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukan yang telah kita lakukan. Seringkali kita memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita lupa bersyukur dengan yang sudah ada. Jiwa kita semua mudah terguncang oleh nikmat dunia yang mendera.
Maka dari itu, sadarilah betapa indahnya hidup ini dengan terus melihat ke depan. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan selalu mengalir ke depan dan segala sesuatu akan bergerak menuju ke depan. Jangan pernah melawan alur kehidupan kawan. Perjalanan kita masih panjang.

Jealousy


Jealousy is about fear, fear of losing someone we love, fera of being shamed,  fear that others are more successful than us. It shows that we are not confident. It can be a cover for bad things that happened to us in the past. When jealous feelings come up, it is usually because we are afraid that we will not get what we want. When we feel jealous, somewhere whitin us is crying for help.
Jealousy and love are sisters. Jealousy is romance like salt in food. A little will make it taste better, but too much is not good. Jealousy is nearly always a bad thing. It can destroy friendship and family relationship. A Jealous person will not understand the way other people look at things. Jealousy can make someone who is important  to you want to get away from you. Uncontrolled Jealousy can make people hurt or even kill other people.
Jealousy is simply and clearly the fear that others are better than us. There is one way to fight Jealousy, build self confidence and learn to love ourselves. If we cannot love ourselves, we will not believe that others love us. Find where your Jealousy comes from and erase it. Put the energy into yourself and believe you are good person and when you see Jealousy in others, you can remember the pain and help them.

112 ways to say “Aku Cinta Kamu”

from : salsalina's tumblr

112 ways to say “Aku Cinta Kamu”

  • English - I love you
  • Afrikaans - Ek het jou lief
  • Albanian - Te dua
  • Arabic - Ana behibak (to male)
  • Arabic - Ana behibek (to female) 
  • Armenian - Yes kez sirumen
  • Bambara - M’bi fe
  • Bangla - Aamee tuma ke bhalo aashi 
  • Belarusian - Ya tabe kahayu
  • Bisaya - Nahigugma ako kanimo
  • Bulgarian - Obicham te
  • Cambodian - Soro lahn nhee ah
  • Cantonese Chinese - Ngo oiy ney a 
  • Catalan - T’estimo
  • Cheyenne - Ne mohotatse
  • Chichewa - Ndimakukonda
  • Corsican - Ti tengu caru (to male) 
  • Creol - Mi aime jou
  • Croatian - Volim te
  • Czech - Miluji te
  • Danish - Jeg Elsker Dig
  • Dutch - Ik hou van jou
  • Esperanto - Mi amas vin
  • Estonian - Ma armastan sind
  • Ethiopian - Afgreki’
  • Faroese - Eg elski teg
  • Farsi - Doset daram
  • Filipino - Mahal kita
  • Finnish - Mina rakastan sinua
  • French - Je t’aime, Je t’adore
  • Frisian - Ik hâld fan dy 
  • Gaelic - Ta gra agam ort
  • Georgian - Mikvarhar
  • German - Ich liebe dich
  • Greek - S’agapo
  • Gujarati - Hoo thunay prem karoo choo 
  • Hiligaynon - Palangga ko ikaw
  • Hawaiian - Aloha Au Ia`oe (Thanks Craig)
  • Hebrew - Ani ohev otah (to female) 
  • Hebrew - Ani ohev et otha (to male) 
  • Hiligaynon - Guina higugma ko ikaw 
  • Hindi - Hum Tumhe Pyar Karte hae
  • Hmong - Kuv hlub koj
  • Hopi - Nu’ umi unangwa’ta
  • Hungarian - Szeretlek
  • Icelandic - Eg elska tig
  • Ilonggo - Palangga ko ikaw
  • Indonesian - Saya cinta padamu
  • Inuit - Negligevapse
  • Irish - Taim i’ ngra leat
  • Italian - Ti amo
  • Japanese - Aishiteru
  • Kannada - Naanu ninna preetisuttene 
  • Kapampangan - Kaluguran daka
  • Kiswahili - Nakupenda
  • Konkani - Tu magel moga cho
  • Korean - Sarang Heyo
  • Latin - Te amo
  • Latvian - Es tevi miilu
  • Lebanese - Bahibak
  • Lithuanian - Tave myliu
  • Malay - Saya cintakan mu / Aku cinta padamu 
  • Malayalam - Njan Ninne Premikunnu
  • Mandarin Chinese - Wo ai ni
  • Marathi - Me tula prem karto
  • Mohawk - Kanbhik
  • Moroccan - Ana moajaba bik
  • Nahuatl - Ni mits neki
  • Navaho - Ayor anosh’ni
  • Norwegian - Jeg Elsker Deg
  • Pandacan - Syota na kita!!
  • Pangasinan - Inaru Taka
  • Papiamento - Mi ta stimabo
  • Persian - Doo-set daaram
  • Pig Latin - Iay ovlay ouyay
  • Polish - Kocham Ciebie
  • Portuguese - Eu te amo
  • Romanian - Te iubesc
  • Russian - Ya tebya liubliu
  • Scot Gaelic - Tha gra\dh agam ort 
  • Serbian - Volim te
  • Setswana - Ke a go rata
  • Sign Language - ,,,/ (represents position of fingers when signing’I Love You’)
  • Sindhi - Maa tokhe pyar kendo ahyan 
  • Sioux - Techihhila
  • Slovak - Lu`bim ta
  • Slovenian - Ljubim te
  • Spanish - Te quiero / Te amo
  • Swahili - Ninapenda wewe
  • Swedish - Jag alskar dig
  • Swiss-German - Ich lieb Dich
  • Surinam - Mi lobi joe 
  • Tagalog - Mahal kita
  • Taiwanese - Wa ga ei li
  • Tahitian - Ua Here Vau Ia Oe
  • Tamil - Nan unnai kathalikaraen
  • Telugu - Nenu ninnu premistunnanu 
  • Thai - Chan rak khun (to male)
  • Thai - Phom rak khun (to female) 
  • Turkish - Seni Seviyorum
  • Ukrainian - Ya tebe kahayu
  • Urdu - mai aap say pyaar karta hoo 
  • Vietnamese - Anh ye^u em (to female) 
  • Vietnamese - Em ye^u anh (to male) 
  • Welsh - ‘Rwy’n dy garu di 
  • Yiddish - Ikh hob dikh
  • Yoruba - Mo ni fe

sahabat


Jingga yang merah itu menyiratkan cahaya yang begitu indah, seindah masa-masa SMA. Cerita para remaja yang terkumpul ibarat sebuah film dokumentasi yang pastinya terdiri atas beberapa adegan. Tentunya dalam pembuatan film itu pun tidak selamanya akan lancar, pasti saja ada kendala yang membuat emosi serta amarah yang menggebu. Sering terbayang kata-kata seperti ini “orang yang kuat adalah orang yang mampu mengekang amarahnya”, ingin sekali aku bisa menjadi orang yang kuat, tabar, tegar dan tidak labil. Tapi, aku manusia. Aku punya ego. Tetap saja, muncul ego itu.
                Ego bisa diminimalisir oleh persahabatan. Dalam persahabatan, kita bisa saling melengkapi satu sama lain. Sahabat selalu ada dalam suka dan duka. Seorang sahabat tidak akan membiarkanmu merusak diri sendiri. Senantiasa punya waktu untuk mendengarkan masalah-masalahmu dan memberikan nasihat terbaik. Bisa bersikap terbuka dan apa adanya di dekatmu. Tidak merasa segan menerima saranmu. Tidak akan pernah mencoret namamu. Seorang sahabat akan selalu menepati janji, bicara jujur, meluangkan waktu utkmu, dan bisa tertawa bersamamu. Seorang sahabat akan tahu apa yang ingin kau katakan, meski kau tidak mengucapkannya. Memahami perasaanmu, meski kau sendiri tak bisa memahaminya. Akan selalu memaafkanmu, biasanya sebelum kau sendiri bisa memaafkan dirimu. Seorang sahabat akan selalu mengatakan penampilanmu bagus meski sebenarnya tidak. Seorang sahabat tidak bicara yang jelek-jelek tentang dirimu. Seorang sahabat mempunyai tempat istimewa di hatimu dan selalu ada saat dibutuhkan. Seorang sahabat adalah orang yang bisa kau hormati, menghormatimu, dan mau berbagi perasaan dengan mu, dan yang terpenting, sahabat itu seperti bra. Supportive, hard to find and close to your heart. Eitsss, jangan berpikiran macam-macam ya. Ini hanyalah sebuah perumpamaan. Jangan diartikan dan disangkutpautkan pada hal yang lain.

Merah Tak Berarti Tanpa Putih


Merah itu berani. Merah itu amarah. Merah itu simbol warna kegagahan. Lain halnya dengan putih, putih itu suci. Putih itu damai. Putih itu lembut, selembut kembang desa dengan kepang kudanya juga selembut pengharum pakaian yang biasanya disuguhkan agak lebay pada iklan di televisi. Merah dan putih sangat kontras. Mereka berbeda satu sama lain. Apalagi dilihat dari makna warna tersebut. Tapi, adakalanya merah tak akan berarti ketika tidak ada putih. Coba kamu pikir, kisah bawang merah dan bawang putih. Kalau pemeran utamanya itu hanya bawang putih, pasti kisah itu tidak akan indah seperti sekarang. Ceritanya pun pasti akan membosankan. Maka dari itu, dibuatlah tokoh antagonis, si bawang merah untuk memperindah jalannya skenario kehidupan si bawang putih.
Selain itu, coba kalian perhatikan warna bendera sang saka milik Indonesia. Hanya ada dua komponen warna di dalamnya, yaitu merh dan putih. Apa yang terjadi jika warna bendera itu hanylah merah? Atau sebaliknya, jika warna bendera itu hanyalah berwarna putih? Pasti akan sangat jauh tidak bermakna. Warna merah dan putih itu merupakan satu kesatuan. Menurut saya, dari kedua warna itu melambangkan juga agar masyarakat Indonesia bisa bersatu. Dari bermacam-macam suku, ras dan budaya akhirnya menjadi satu seperti apa yang sudah dijelaskan tadi, merah dan putih tidak menyatu namun satu sama lain saling melengkapi. Akhirnya sang saka merah putih pun dijahit oleh Ibu Fatmawati untuk disatukan. Tanpa merah, putih pun tak berarti. Begitu bangganya ketika bendera itu berkibar di atas tiang dengan tertiup ngin yang melambai. Aduhai indahnya.
Kisah bawang merah dan bawng putih sudah. Bendera sang saka juga sudah, dan sekarang bubur merah dan bubur putih. Mungkin hal ini tidak terlalu umum, biasanya yang mengetahui hal ini adalah orang-orang yang berada di kawasan kota “coret” alias kabupaten. Sudah menjadi tradisi, jika seorang bayi yang baru lahir ingin diberi nama biasanya diadakan syukuran dan di dalam nya itu ada sebuah “berkat” yang berisi beberapa macam makanan, makanan wajibnya adalah bubur merah dan putih. Jika salah satu bubur itu tidak ada maka tak berarti apa-apa, jadi kedua jenis bubur itu sudah menjadi paduan yang amat sakral. Apa maknanya? Entah. Itu sudah menjadi adat istiadat turun temurun dari nenek moyang. Tanpa ada bubur merah, bubur putih tak berarti.
Dari penjelasan di atas, sudah jelas bahwa merah bisa berdiri sendiri tapi notabenenya merah membutuhkan putih. Suatu amarah bisa diredam dan akan menjadi damai. Merah Tak Berarti Tanpa Putih.

Senin, 04 Juli 2011

Senin Kelabu untuk Nasionalisme


Semua orang merasa sedikit tak bergairah di hari Senin.

Dengar, kami mengerti. Kau sama saja seperti kita semua, yang akhirnya mulai bersenang-senang selama akhir pekan hanya untuk menyadari bahwa masa menyenangkan kurang dari satu hari lagi. Setelah itu, kebahagiaan yang terlibat dalam satu hari istirahat akhirnya dilengkapi dengan kesadaran bahwa Senin akan segera datang. Senin itu suram dan kelabu. Senin itu tak punya arti keindahan sedikitpun. Senin itu.. hari yang sulit didefinisikan. Hujan di hari senin. Langit menghitam seolah akan turun hujan. Semakin terasa kelabu Senin ini. Mengapa setiap hari Senin pelajar dan pekerja harus kembali sibuk? Mengapa harus ada hari Senin? Senin hari ini kacau, tak seperti Senin yang biasa ku lewati. Tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Ada banyak lonjakan emosi, tapi apa mau dikata sulit rasanya ingin berbuat. Hanya bisa diam dan meredam emosi ini dengan sendirinya. Apa yang kalian pikirkan pada hari Senin? Malasnya upacara. Malasnya beraktivitas setelah tersedia hari Minggu dimana waktu untuk santai.
Menurut Psikolog Inggris Cliff Arnall, semua perasaan sedih memuncak pada Hari Senin ketiga Bulan Januari. Ia menyebut ini sebagai 'Blue Monday' atau 'Senin kelabu'. Sungguh itu bukan suatu opini melainkan fakta. Senin memang kelabu. Lagi lagi harus upacara bendera. Mungkin tidak begitu menyedihkan mengikuti upcara apabila Pembina yang menyampaikan amanat berbaik hati. Dua puluh menit lebih Pembina berbicara di atas mimbar belum lagi susunan upacara lainnya. Rasanya kaki ini sudah tidak sanggup untuk berdiri. Bergetar, lemas dan lunglai kaku. Padahal, belum tentu semua siswa mendengarkan amanat tersebut.
Pikir saya dalam hati, “Kemana nasionalisme yang telah diajarkan oleh orang terdahulu?” .
Upacara bendera pada hari Senin kelabu saya yakin itu hanya formalitas bagi siswa. Tak ada yang mengambil makna serta manfaat dari upacara tersebut. Hanya gerutu dalam hati yang akan terus menjadi dosa. Mungkin mereka tahu apa maksud upacara tapi tetap saja yang mereka lakukan setiap hari Senin kelabu itu adalah perintah dari sekolah untuk mengikuti secara wajib agenda rutin setiap minggu itu. Bisa dibuktikan, jiwa nasionalisme kini mulai rapuh khususnya bagi para remaja. Mulailah dari hal kecil, jika untuk melaksanakan upacara saja tidak mau, bagimana kalian menghargai jasa para pahlawan? Padahal tahun ’45 dulu, orang-orang bersusah payah untuk melaksanakan upacara bendera hanya untuk mengibarkan sang saka merah putih. Kini, orang-orang malah bersusah payah untuk menghindari hari Senin kelabu agar tidak mengikuti upacara bendera. Ironis memang. Tak ada semangat nsionalisme di hari Senin. Sekali kelabu tetaplah menjdi kelabu.