Rabu, 22 Desember 2010

Barang Inacaran Memang Barang Idaman #9



Sesak memang rasanya jika barang yang sudah kita incar dari dulu tetapi direbut oleh orang lain, beberapa remaja yang telah kami survey mengatakan sangatlah jengkel.
“kesel banget ya kalau barang yang sudah diincar dari dulu tapi malah direbut orang lain, padahal kan itu barang bagus banget.”, papar Shafira, siswi SMA N 2 Cirebon.
“yang pasti ya kesel ya, tapi kalo ada yang lebih bagus sih gapapa deh.”, ujar Delby, siswi kelas XI SMA itu.
Namun, ketika hal serupa saya tanyakan kepada wanita berkulit cokelat itu, Venna, jawabannya sungguh membuat saya ngelus dada, lantaran hanya dia dari puluhan remaja yang kami survey mengatakan tidak kesal sama sekali apabila barang incarannya direbut oleh orang lain.
“ngapain juga kesel, kan masih banyak yang lebih bagus, cari di tempat lain juga banyak ko.”,ujarnya.
Memang itu masih merupakan hal yang wajar karena apalah gunanya kita terus larut dalam kesedihan jika barang incaran kita sudah direbut oleh orang lain mungkin itu memang belum rezeki kita. Percayalah semua rezeki, jodoh, hidup dan mati tlah diatur oleh yang kuasa. Beberapa faktor yang menyebabkan orang menyesal karena tidak bisa mendapatkan barang idamannya itu ialah karena ia sudah fanatik dengan suatu barang atau mungkin karena memang barang itu limited edition. Dalam konteks penglihatan masyarakat terhadap barang incaran yang direbut oleh orang lain, ada sinyalemen yang mengatakan bahwa itu terlalu berlebihan (lebay.red). Bila diterjemahkan secara bebas memang demikian. Namun bila dipahami sampai pada taraf hakikat, sebenarnya ukuran “berlebihan” setiap individu itu berbeda-beda apalagi pemikiran orang tua dan anaknya yang sudah pasti berbanding terbalik dengan zaman yang ada di tahun 2010 ini dengan tempo dulu. Ada baiknya kita melakukan intropeksi dan retropeksi, sejauhmana kita fanatik dengan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu berguna pada diri sendiri maupun orang banyak.
Ada seorang wanita ia sangat suka sekali dengan segala sesuatu yang berbau doraemon, tak mau ketinggalan setiap ada barang atau apapun yang bergambar doraemon ia membelinya namun, suatu ketika ia menemukan tepak pensil sangat lucu bergambar doraemon tetapi ia tidak memiliki cukup uang untuk membelinya sampai akhirnya tepak pensil itu direbut oleh orang lain. Ia kecewa tetapi ia coba belajar mensyukuri terhadap apa yang telah ada bukan malah bersedih atas perkara itu. Ilustrasi di atas merupakan wujud persepsi sederhana bagaimana kita menyikapi sesutau yang harusnya kita tidak boleh melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar