Sejak aku masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, aku sudah tertarik untuk mempelajari tarian daerah. Tidak menyita waktuku untuk bermain bersama teman-teman apalagi menyita waktu belajarku. Tidak sama sekali. Dengan minat yang begitu membara di dalam hatiku, mulailah aku mempelajari Tari Bali. Belum mahir, aku sudah tidak tertarik lagi dengan tarian itu. Mengapa? Karena kostumnya yang cukup merepotkan, sanggul yang ditempatkan lebih besar sebelah itu membuat kepalaku agak sulit untuk berdiri lama. Badanku yang terlalu kecil dengan properti yang seperti itu. Sungguh tidak adil!!
Lihat ini !
Meski “berat” aku tetap mengikuti kontes Tari Bali pada waktu itu. Tidak ada yang istimewa. Biasa saja. Ya, flat. Keadaan seperti itu membuatku untuk berpaling ke jalur yang berbeda. Aku lebih sering mengikuti kontes busana adat Bali daripada kontes tarinya.
Tak hanya tari Bali, aku juga mencoba mempelajari tari Balet yang notabenenya sangat gemulai. Padahal aku tidak. Tapi apa salahnya mencoba. Karena kurang maksimal, aku belum pernah mengikuti kontes hanya saja tampil pada acara tertentu.
( pentas pada acara sekolah)
Satu tahun telah lampau, aku melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. SD N Kebon Baru VI. Di sekolahku itu, ada ekstrakulikuler tarian daerah, yaitu Tari Topeng. Patut dicoba. Hal yang baru bagiku. Berlatih dua kali dalam satu minggu di aula sekolah merupakan kewajibanku agar bisa dengan cepat menguasai Tari Topeng Klana. Bersama teman-temanku yang lain aku sering mengikuti lomba-lomba tari topeng yang sering diadakan di Cirebon dan sekitarnya.
( aku dan yang lain saat tampil di acara perpisahan kelas VI)
Untuk pertama kalinya aku diikutsertakan dalam loba tari topeng itu pada saat umur tujuh tahun. Nervous, takut, keringat bercucuran. Hal yang aku rasakan ketika memasuki gedung Rarasantang yang sudah dipenuhi peserta dan pengantarnya. Aku sempat menangis karena benar-benar tidak PD (percaya diri.red). Semaksimal mungkin aku tampilkan yang terbaik di depan ratusan orang yang melihat dan menilaiku.
(lomba tari topeng se-wilayah III tingkat pelajar @ Gedung Rarasantang, Bima, Cirebon)
Sudah sering lomba-lomba aku ikuti, sayangnya ekstrakulikuler di sekolahku diberhentikan karena sudah tidak ada yang melatih lagi. Karena ingin berlatih lagi, maka aku belajar tari topeng di Keraton Kacerbonan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kasepuhan bersama saudara-saudaraku, Elang panji dan Elang Dadang. Disini, aku mendapat ilmu baru yaitu, mempelajari tari leunyeupan. Tidak seperti tari topeng klana yang gagah, tari leunyeupan ini lebih lembut dan gerakannya lemah gemulai. Tidak lama aku mempelajari tarian ini. Hanya sempat satu kali pentas pada acara Walikota Cirebon di Sumber.
( pentas tari leunyeupan @ Sumber, Cirebon)
Sampai pada waktunya, aku harus berhenti menari karena harus lebih fokus pada Ujian Nasional Sekolah Dasar dan aku tidak melanjutkannya lagi. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar