Sabtu, 24 Desember 2011

Indonesian Youth Conference

#IYC
Indonesian Youth Conference? apaan sih? Indonesian Youth Conference (IYC) adalah sebuah kegiatan yang direncanakan dan diselenggarakan oleh pemuda, yang bertujuan untuk mengumpulkan pemuda Indonesia untuk berbagi masalah dan ide, meningkatkan kepedulian mereka terhadap isu-isu terkini serta meyakinkan masyarakat bahwa suara pemuda harus didengar dan ditanggapi dengan serius.

Ini ada info tentang Forum dan Festival.

  • Forum

    Forum IYCIYC akan mengundang 33 pemuda berusia 15 sampai 21 tahun dari seluruh Indonesia untuk mewakili provinsi mereka masing-masing di acara ini. Pemuda-pemuda tersebut diharapkan terlibat secara aktif di komunitas dan jaringan masing-masing, bertekad membuat perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, dan mau memulai suatu gerakan atau proyek di komunitas mereka. IYC akan mengorganisir beberapa sesi seminar dan lokakarya untuk memupuk kemampuan kewirausahaan mereka yang akan memaksimalkan potensi mereka dalam menjadi agen perubahan.
    Forum akan kembali diadakan pada tahun 2012 mendatang. Informasi lebih lanjut mengenai Forum bisa dilihat di http://indonesianyouthconference.org/program/forum
  • Festival

    Festival IYCIYC akan menyelenggarakan lebih banyak seminar dan lokakarya yang dapat dikunjungi oleh siapapun dengan membeli tiket masuk. Sesi seminar dan lokakarya di festival sifatnya lebih umum, meliputi berbagai isu. Kami akan mengundang para ahli, profesional, pejabat pemerintah, dan pemuda-pemuda berprestasi untuk berbicara mengenai undang-undang dan kepemerintahan, politik, budaya, industri kreatif, teknologi informasi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, aktivisme, kewirausahaan sosial, serta jurnalisme dan media.
    Kamu berharap festival ini bisa menjadi perayaan bagi pemuda Indonesia, di mana mereka bisa belajar dan memperluas jaringan mereka. Pemuda ingin didengar, tapi kita juga harus belajar mendengar, bukan?
    Informasi lebih lanjut mengenai Festival bisa dilihat di http://indonesianyouthconference.org/program/festival

    Informasi Lebih Lanjut : open Indonesian Youth Conference website



    WANNA GET THERE!!!!!!! :((((((((((((

Jumat, 23 Desember 2011

Terimakasih, Isti.


Mini Camera
Mini Camera. Unik yah? Ada flash nya loh, ada sound nya juga. #yaTerus? Berasa kamera asli tapi gak ada LCD nya aja. By the way, mau ngucapin terimakasih dulu buat Isti Fathmala yang udah ngasih kamera ini ke gue. Terimakasih banyak ya, Isti. ^^
Semoga amal baikmu dibalas oleh Allah swt. 
---------------------the end-----------------------
Initinya, gue nulis ini cuma buat ngucapin terimakasih gue buat ISTI FATHMALA .

Rabu, 21 Desember 2011

Tragedi Kartu Tanda Penduduk


Bangun tidur gue udah gelapakan nyari mamah, dia udah ngilang dari jam enam pagi. Hari itu hari Selasa. Harusnya gue berangkat sekolah tapi ini enggak. Kebetulan badan masih sedikit gak enak ditambah lagi udah ada jadwal bikin kTP pas hari itu.
Ok, kenapa gue harus sebut ini tragedi? Karena, gue pikir ini emang suatu fenomenal banget gitu. Pagi-pagi alesan kenapa mamah udah nongkrong di Kecamatan adalah biar dapet nomor antrian. Lo bisa bayangin, orang mau bikin kartu tanda pengenal aja udah kaya ngantri tiket westlife. Parahnya, ngantri jam enam itu dapet nomor urut terakhir untuk pemotretan fotonya. Sedangkan, ibu/bapak yang lain udah ngantri dari abis solat subuh. Kurang OK apa coba kecamatan gue. Rela antre demi mendapatkan sebuah kertas lembaran yang bertuliskan angka nomor antrian. Singkat cerita dari mamah :
“Mau ngambil uang di tas aja susah banget. Itu orang ngantri gak kenal tua, muda yang penting tancep terus biar dapet nomor antrian. gak peduli ada emak-emak kegencet deh,”

Sadis ya ngedengernya? Berarti, ini pembuktian bahwa warga negara Indonesia juga peduli akan kewajibannya.

Berhubung antrian gue dapet nomor 130, itu artinya dapet pas kecamatan mau tutup sekitar jam 3-an.
Tik tok tik tok… beberapa jam kemudian…
Udah jam 3. Siap-siap. Mandi. Pake pakaian yang rapi. Pake wangi-wangian. #berasaKondangan. Lupakan, kembali ke topik.
Jadi, nomor urut 130 itu nomor urut untuk satu keluarga. Kebetulan, keluarga gue mau ganti e-ktp gitu dan gue baru banget bikin ktp. Jadi maklum ya kalo gue ga ngerti apa-apa.
Nyampe kecamatan, gue duduk santai sambil ngeliatin gerak-gerik orang yang mau bikin KTP. Ok, ini gak penting buat hidup lo tapi penting buat hidup gue. Gue bener-bener gak ngerti apa yang harus gue lakuin nanti di dalem (kantor kecamatan). Sambil gue tengak-tengok. Cessss, ternyata ada alumni Smanda yang satu kecamatan sama gue dan lagi bikin KTP di hari itu juga. Gak peduli, jadi gue lanjutin nyedot teh botol kemasan kotak gue sambil tengak-tengok kanan kiri kali aja ada yang kenal lagi. 
"Nomor 127...." "128.. ada gak?" "129..."
satu nomor antrian lagi, asik. akhirnya ini saat-saat yang gue tunggu. 
"130......"
lanjut gue masuk ke dalem, eh ternyata di dalem masih perlu ngantri juga buat foto. Lagi asiknya ngeliatin foto orang gue bingung kenapa sih gak ada yang nyengir pas di foto? kan ga kece gitu. Akhirnya gue memberanikan diri untuk bilang ke kakak gue.

Me: "A, emang kalo foto KTP ga boleh keliatan gigi ya?"
Aa: "Dikata lagi main karet ga boleh keliatan gigi."
Me :"ihhhhh sebelin. Maksudnya ga boleh nyengir gitu?"
Aa :"Berasa iklan pepsodent."
Me :"Maksudnya SENYUM BOLEH GAKKKKKK?"
Aa :"Terserah ira. Mau alay juga sok bae."

Ngeselin emang kalo jadi anak terakhir yang punya kakak cowo -_________-. Disaat bete-betenya, mamah malah nyuruh gue bilang kalo gue ini mahasiswa. gue bingung, buat apa gue boong, ga mau gue dianggep tua. Kata mamah, biar nanti kalo udah kuliah gak usah bikin lagi. Nah loh gue makin bingung jadi sekarang gue harus bilang pelajar atau mahasiswa. Baru diomongin, alumni gue yang punya nomor antrian 127 itu dapet kesempatan foto duluan dan ditanya tanya soal biodatanya. pas ditanya soal pekerjaan dia jawab dengan lempeng "Pelajar......................".
Apa yang bikin gue shock? mamah nyuruh gue buat pura2 jadi mahasiswa sedangkan mahasiswa itu malah pura2 bilang pelajar. GUBRAK!
seiringn waktu, akhirnya selesai juga si pemilik nomor antrian 129. Berarti ini kesempatan gue.
mba-mba :"Silahkan tengokan kepala dan menghadap ke kamera untuk difoto."
Me :"(Ngehadap kamera sambil senyum tiga jari)."
mba-mba :"heh! jangan gitu! ini foto buat e-ktp masa nyengir. yang formal dong."
Me :"grrrrrrrrrrrrrr....gue ditipu kaka gue. sialan!"
Gak sampe 15 menit prosesi bikin e-ktp selesai sudah. dengan wajah gembira dan sumringah, gue tanya tuh sama mba-mba.
Me :"mba, ktp nya bisa diambil kapan yah."
Mba :"maaf mba, kalo buat mba ga bisa diambil dulu sebelum mba punya ktp fisik nya."
Me :"hah???/???? jadi perjuangan saya buat bikin ktp belum berakhir mba?????????????????
Mba :"ya persyaratan nya harus gitu mba."







Sabtu, 03 Desember 2011

Berbekal Sepatu Rp25 Ribu, Kini Jadi Bintang (source.net)

  Saking senangnya, sepatu itu tidak dilepas dan terus dipakai saat tidur.
VIVAnews - Kostum nomor 23 dan bertuliskan 'Beckham' yang dikenakannya sedikit kebesaran. Namun, Andik Vermansyah tetap terlihat sumringah mengenakannya sambil menimang-nimang bola di atas jalanan yang belum beraspal.

Tiga hari setelah laga Timnas Indonesia Selection melawan Los Angeles Galaxy di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Andik membuktikan pernyataannya. Ya, setelah berhasil bertukar kostum dengan ikon sepakbola dunia, David Beckham, hingga kini kostum mantan pemain Real Madrid dan Manchester United itu belum dicucinya.

"Sampai hari ini, kaos Beckham belum dan tidak akan saya cuci. Saya sedang cari pigura untuk kenang-kenangan nanti," ujar Andik saat ditemui VIVAnews.com di rumahnya Jl Kalijudan Taruna II no 90, Surabaya, Sabtu 3 Desember 2011.

Nama Andik di persepakbolaan dalam negeri memang semakin melesat usai laga melawan LA Galaxy. Selain tampil apik sepanjang pertandingan, Andik semakin dikenal masyarakat Indonesia setelah sukses bertukar kostum dengan Beckham.
Andik Vermansyah mengenakan kostum David Beckham
Andik dan bola


Bahkan gelandang asal Inggris itu sendiri yang meminta bertukar kostum dengan Andik. Hal itu dilakukan Beckham sebagai permintaan maaf atas tekel yang dilakukannya terhadap Andik. Namun, Beckham juga mengakui penampilan impresif Andik.

Perjuangan Andik untuk menjadi pesepakbola profesional tidaklah mudah. Ambisi gelandang serang yang lahir di Jember 20 tahun silam untuk berkarir di sepakbola sempat mendapat tentangan dari orang tuanya, terutama dari ibundanya, Jumiyah. Bahkan Jumiyah kerap mencubit Andik jika terlalu asyik dengan sepakbola di masa kecil.

"Ada perasaan khawatir Andik main bola. Apalagi tubuhnya kecil. Sempat saat kelas 4 SD seingat saya, dia bolos setahun nggak mau sekolah karena ingin main bola. Namanya orang tua, saya jelas marah," terang Jumiyah.
Andik Vermansyah dengan kostum David Beckham
Melihat tekad dan ambisi sang anak, hati Jumiyah pun luluh. Kehidupan ekonomi yang sulit tidak menyurutkan Jumiyah dan suaminya, Saman, untuk mendukung ambisi Andik berkarir di dunia sepakbola.

Bahkan keduanya harus kerja keras untuk bisa membelikan pemain Persebaya tersebut sebuah sepatu sepakbola. Maklum penghasilan Saman dari pekerjaannya sebagai tukang batu dan Jumiyah sebagai karyawan pabrik, tidaklah cukup untuk membeli sepatu sepakbola. Jumiyah akhirnya mencari penghasilan tambahan dari berjualan kue, koran dan es.

"Terkumpul Rp 25 ribu. Saya sendiri yang ngantar ke Gembong (pasar barang-barang bekas di kawasan tengah kota Surabaya). Sempat cemas karena tidak ada uang lebih, kebetulan harganya juga pas dengan uang yang kami bawa. Bolak-balik saya tawar, penjualnya tidak mau turunkan harga," papar Jumiyah.

David Beckham tukar seragam dengan Andik Vermansyah
Saking senangnya, tambah Jumiyah, sepatu itu tidak dilepas dan terus dipakai saat tidur. Tak disangka, sepatu buatan lokal itu membawa Andik terbang tinggi.

Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Andik memang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Terutama dari ibundanya. Apalagi sejak 1 tahun, keluarga kecil ini ke Surabaya. Lengketnya hubungan ibu dan anak itu terlihat ketika Jumiyah harus bekerja membantu ekonomi Saman.

"Saya waktu itu kerja di pabrik. Andik tetap saya bawa kerja karena tidak ada yang ngawasi di rumah. Kalau tidur, saya taruh di bawah mesin," kenang Jumiyah.

Tak hanya itu, ekonomi yang pas-pasan membuat keluarga Andik empat kali pindah kontrakan. Dan itu berakhir setelah Andik mampu membelikan rumah di Jl Kalijudan Taruna II no 90. Rumah mungil bercat kuning itu nampaknya bakal jadi muara kehidupan pasangan Saman-Jumiyah di Surabaya.

Kini dengan terangkatnya ekonomi keluarga seiring meningkatnya karir Andik, baik Jumiyah dan Saman berharap tidak terlena gemerlapnya kehidupan. Mereka pun sudah ikhlas jika Andik ingin meneruskan karir ke Eropa.
"Sekarang sudah dewasa, kalau memang sesuai dengan keinginannya kami tentu akan mendukung. Sebenarnya dua tahun lalu sudah ditawari main di Eropa. Saya nggak tahu klub mana, tapi saya sarankan pada Andik untuk tidak menjawab tawaran itu. Usianya masih muda, kasihan kalau jauh dari keluarga," ucap Saman.
Sukses Andik sebagai pesepakbola juga tak lepas dari perhatian kakak ketiganya, Agus Dwi Cahyono. Selisih usia yang hanya tiga tahun, membuat hubungan keluarga itu ibarat pertemanan.
Adalah Agus yang mendorong Andik keluar dari SSB Dwikora dan pindah ke Kedawung Setia Indonesia (KSI). Di klub barunya, Andik mulai merasakan atmosfir kompetisi. Beberapa kali dirinya jadi pilihan utama saat main di sebuah turnamen.

"Mas Agus yang selalu mendorong saya. Termasuk pilihan-pilihan yang ditawarkan manajemen Persebaya," tegas Andik.