Selasa, 25 Oktober 2011

Tanpa Dia


Di antara perkara yang dapat melapangkan dada, melenyapkan awan kesedihan dan kesusahan adalah berjalan menjelajah negeri impian untuk menyaksikan bagaimana pena-pena kekuasaan hati menuliskan tanda-tanda keindahan penuh cinta di dalamnya. Ya! Negeri impian..dan mungkin sangat kecil kemungkinan yang akan aku dapat karena impian adalah hanya “seandainya” atau “andai saja” yang selamanya akan menjadi sebuah untaian kata seperti itu..
Keluarlah dari rumah, lalu perhatikan apa yang ada di sekitar kalian. Di depan kalian! Di belakang kalian! Seandainya ada orang lain di situ, kalian bisa memperhatikan sosok yang kalian lihat. Tapi, kalian itu satu, sebatang kara, sendiri. Tak ada yang peduli. Jangan harap ada seseorang yang memperhatikanmu. Jangan harap ada yang memberikanmu air putih ketika kau menangis tersendu. Jangan harap ada matahari yang tersenyum melihatmu. Jangan harap ada suara burung berkicu menyanyikan lagu sendu untuk menghiburmu, dan jangan harap ada seseorang yang sangat berarti bagi hidupmu datang untuk memberi semangat untukmu. Kau itu SENDIRI!
Sering aku berpikir, kapan aku bisa merdeka? Belenggu cinta ini terus mengisolasi hatiku. Mengurung diri dalam kamar yang sunyi bersama kekosongan hati. Kamarku bukan alam semesta. Aku tak ingin sendiri. Aku juga ingin merdeka! Apa aku harus terus seperti ini? Dengan segala keburukan ini? Teganya... apakah aku harus terus berseru dengan diriku sendiri? Satukan pandangan, pendengaran hati, penglihatan mata batin,dan semuanya tentang diriku, aku satukan dan aku berseru!!!
Aku coba mendaki gunung, aku jamah tanah lembah nan basah itu. Aku panjat ranting pohon yang seksi dengan kedua kaki besarku. Aku rengguk air yang jernih, dan ciumkan hidungkun di atas bunga mawar. Sungguh surga dunia! Pada saat seperti itu, aku temukan jiwku yang sesungguhnya tapi aku belum…merdeka tanpa dia L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar